Minim Paparan Sinar Matahari Disebut Berisiko Tingkatkan Angka Kematian

Minim Paparan Sinar Matahari Disebut Berisiko Tingkatkan Angka Kematian
Ilustrasi perempuan terkena paparan sinar matahari. (Foto: shutterstock)

JAKARTA – Paparan sinar matahari kerap dipandang sepele bahkan dianggap berbahaya, padahal perannya sangat penting bagi kesehatan tubuh.

Selain membantu memperbaiki suasana hati, sinar matahari memiliki kontribusi besar dalam menjaga fungsi tubuh dan menekan risiko berbagai penyakit.

Namun dalam praktiknya, masih banyak orang yang merasa khawatir sehingga tidak memperoleh paparan sinar matahari yang memadai.

Dosen Fakultas Kedokteran IPB University Christy Efiyanti menjelaskan bahwa individu yang rutin terpapar sinar matahari secara aktif cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit kardiovaskular (PKV) serta kematian akibat penyebab non-kanker dan non-PKV.

Ia menyebutkan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa paparan sinar matahari yang minim dapat meningkatkan risiko kematian secara cukup besar.

"Penelitian dalam satu dekade terakhir menunjukkan bahwa kekurangan paparan sinar matahari mungkin berkontribusi terhadap 340 ribu kematian per tahun di Amerika Serikat dan 480 ribu kematian di Eropa," jelasnya, dikutip pada Selasa (23/12/2025).

Kurangnya paparan sinar matahari juga dikaitkan dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit, mulai dari kanker payudara, kanker kolorektal, hipertensi, penyakit jantung, sindrom metabolik, multiple sclerosis, Alzheimer, hingga autisme.

Christy menerangkan bahwa sinar matahari berperan penting dalam membantu tubuh memproduksi vitamin D, yakni nutrisi esensial untuk menjaga daya tahan tubuh, kesehatan tulang, serta fungsi metabolisme.

"Paparan sinar matahari yang cukup dapat meningkatkan kadar vitamin D seseorang. Sebaliknya, defisiensi vitamin D sering terjadi pada orang yang jarang beraktivitas di luar ruangan," katanya.

Kapan waktu terbaik untuk berjemur?

Lama paparan sinar matahari yang dianjurkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti waktu, musim, letak geografis, kondisi cuaca, serta warna kulit.

"Melanin, pigmen alami kulit, berfungsi sebagai pelindung yang memengaruhi seberapa banyak sinar ultraviolet B (UVB) yang dapat diserap. Umumnya, orang dengan kulit cerah membutuhkan paparan sinar matahari selama 5-15 menit, 2-3 kali per minggu," sebutnya.

Sejumlah studi di Inggris merekomendasikan paparan sinar matahari selama 9-13 menit pada waktu makan siang, khususnya antara bulan Maret hingga September.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan Prof. Siti Setiati di Indonesia menunjukkan bahwa paparan sinar UVB selama 25 menit, sebanyak tiga kali dalam seminggu selama enam minggu, mampu meningkatkan kadar vitamin D secara signifikan.

Christy pun mengingatkan masyarakat agar tidak ragu atau takut untuk beraktivitas di luar ruangan.

"Tingkatkan aktivitas harian di luar ruangan dan biasakan berjemur setiap hari. Jangan lupa periksakan kadar vitamin D Anda," tambahnya.

Ikuti Artikel Terbaru Kawula ID di Google News

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index