JAKARTA – Tanpa disadari, individu dengan perawakan kurus ternyata dapat memiliki kadar kolesterol tinggi.
Fenomena ini sering kali tidak menunjukkan indikasi fisik tertentu, sehingga kolesterol jahat berpotensi mengendap di pembuluh darah selama kurun waktu lama dan memperbesar ancaman penyakit jantung serta stroke.
Kondisi kolesterol tinggi pada mereka yang kurus kerap kali terabaikan. Kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) dapat terakumulasi secara perlahan dalam pembuluh darah dan memicu masalah kardiovaskular, walaupun berat badan terlihat dalam batas normal.
Menurut American Heart Association (AHA), salah satu kekeliruan yang paling sering terjadi mengenai kolesterol adalah asumsi bahwa individu bertubuh kurus mustahil mengalaminya.
Walaupun otoritas kesehatan mengonfirmasi bahwa berat badan berlebih memicu kenaikan risiko kolesterol tinggi, mereka yang bertubuh kurus pun tetap bisa terpapar kondisi yang sama.
Mengapa orang kurus dapat memiliki kolesterol tinggi?
Kolesterol dalam sistem tubuh tidak semata-mata berasal dari asupan makanan. Mayoritas kolesterol justru dihasilkan oleh organ hati, di mana proses ini sangat dipengaruhi oleh aspek genetika.
Dengan kata lain, seseorang mungkin saja sudah menerapkan pola makan sehat dan aktif berolahraga, namun tetap memiliki kadar LDL yang melampaui batas normal.
Berbagai riset mengindikasikan bahwa faktor keturunan memegang andil signifikan terhadap tingginya kolesterol pada orang kurus.
Mutasi genetik tertentu dapat memicu tubuh memproduksi LDL secara berlebihan semenjak lahir, sehingga ancaman pengendapan plak di pembuluh darah muncul lebih cepat, bahkan di usia belia.
Salah satu pemicu utama tingginya kolesterol pada orang kurus ialah familial hypercholesterolemia (FH), yakni gangguan genetik yang menghambat kapasitas tubuh dalam menetralisir LDL dari aliran darah. Kondisi ini diprediksi menyerang sekitar 1 dari 200-250 penduduk dunia.
Bagi pengidap FH, angka LDL bisa dengan mudah melewati 190 mg/dL tanpa memandang bentuk fisik. Apabila tidak segera diintervensi, ancaman serangan jantung dapat muncul sebelum mencapai usia 50 tahun.
Karena jarang memicu gejala, FH sering kali baru disadari setelah timbul komplikasi yang fatal.
LDL dijuluki sebagai kolesterol 'jahat' lantaran perannya membawa kolesterol ke dinding pembuluh darah dan memicu plak.
Sebaliknya, high-density lipoprotein (HDL) berperan sebagai 'pembersih' yang mengangkut kolesterol kembali menuju hati untuk diekskresi.
Bahaya penyakit jantung melonjak saat LDL melampaui 100 mg/dL, HDL berada di angka rendah, atau kadar trigliserida menembus 150 mg/dL.
Perpaduan trigliserida tinggi dan HDL rendah bahkan dihubungkan dengan plak pembuluh darah yang rentan pecah, termasuk pada individu bertubuh kurus.
Rekam jejak penyakit jantung dalam silsilah keluarga merupakan indikator krusial yang harus diperhatikan.
Kasus serangan jantung pada anggota keluarga pria sebelum usia 55 tahun atau wanita sebelum usia 65 tahun menjadi sinyal adanya risiko kolesterol akibat faktor genetik.
Mengutip laporan Times of India, lembaga kesehatan jantung menyarankan dilakukannya pemeriksaan berjenjang atau cascade screening terhadap anggota keluarga inti jika ditemukan satu orang yang terdiagnosis kolesterol tinggi karena faktor keturunan.
Upaya ini vital untuk mendeteksi dini kondisi tersebut, khususnya pada individu yang secara fisik tampak bugar.
Langkah pengecekan awal yang disarankan yakni tes profil lipid puasa, yang meliputi pemeriksaan kolesterol total, LDL, HDL, serta trigliserida. Tes ini dianjurkan dimulai pada usia 20 tahun atau lebih awal jika ditemukan riwayat dalam keluarga.
Apabila angka LDL terdeteksi tinggi disertai riwayat jantung pada keluarga, tes genetik guna mengidentifikasi familial hypercholesterolemia dapat dilakukan.
Pengecekan tambahan semisal ApoB atau non-HDL juga bermanfaat untuk mengevaluasi risiko secara lebih presisi.
Fenomena kolesterol tinggi pada orang kurus membuktikan bahwa kesehatan jantung tidak dapat diukur hanya dari tampilan luar. Faktor genetika, rekam jejak keluarga, serta profil lemak darah memegang pengaruh yang jauh lebih dominan.
Kontrol rutin serta kesadaran sejak dini merupakan faktor kunci dalam pencegahan. Sebab, dalam persoalan kolesterol, tubuh yang kurus sekalipun tetap bisa menyimpan bahaya besar yang tersembunyi.