Ribuan Sekolah di Korsel Berhenti Beroperasi Akibat Kekurangan Siswa secara Masif

Ribuan Sekolah di Korsel Berhenti Beroperasi Akibat Kekurangan Siswa secara Masif
Ilustrasi sekolah dasar di Korea Selatan. [Foto: Wikimedia Commons/Daehan31]

JAKARTA – Terdapat sebanyak 4.008 institusi pendidikan di Korea Selatan (Korsel) yang terpaksa ditutup lantaran tidak lagi memiliki jumlah murid yang memadai.

Anggota parlemen dari Partai Demokrat Korea, Jin Sun Mee, mengungkapkan bahwa berdasarkan data Kementerian Pendidikan Korsel, tercatat sebanyak 4.008 sekolah, yang meliputi tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), sudah tidak digunakan lagi sejak beberapa tahun ke belakang.

Penutupan ribuan sekolah tersebut terjadi akibat fenomena kekurangan jumlah peserta didik.

"Sejumlah besar sekolah telah tutup, dan akan ada lebih banyak lagi sekolah yang diperkirakan tutup karena penurunan jumlah siswa," kata Jin, seperti dikutip The Korea Herald.

Berdasarkan laporan dari Kementerian Pendidikan, jenjang SD merupakan kategori sekolah yang paling banyak mengalami penutupan di Korsel. Tercatat ada 3.674 sekolah dasar yang saat ini sudah tidak beroperasi.

Sementara itu, untuk jenjang SMP, jumlah sekolah yang berhenti beroperasi mencapai 264 sekolah, dan untuk tingkat SMA tercatat sebanyak 70 sekolah telah ditutup.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sebanyak 158 sekolah telah resmi ditutup. Di sisi lain, sebanyak 107 sekolah lainnya diprediksi akan menyusul untuk ditutup dalam jangka waktu lima tahun mendatang.

Penyusutan jumlah siswa ini telah memberikan dampak perubahan yang signifikan bagi sistem pendidikan di seluruh wilayah Korea Selatan.

Data Kementerian Pendidikan pada bulan Februari memperlihatkan bahwa lebih dari 2.000 tenaga pendidik tidak mendapatkan penugasan untuk tahun ajaran 2025.

Kuota guru SD dikurangi sebanyak 1.289 orang, sedangkan untuk posisi guru SMP mengalami pengurangan sebanyak 1.700 orang.

"Perlu ada peta jalan jangka panjang untuk memanfaatkan sekolah-sekolah ini sebagai aset bagi masyarakat setempat," ucap Jin.

Guna menyikapi berkurangnya jumlah sekolah tersebut, kantor pendidikan di tingkat provinsi maupun metropolitan di Korsel mulai menerapkan berbagai kebijakan, di antaranya adalah memperkecil jumlah siswa dalam satu kelas menjadi hanya sekitar 10 hingga 15 murid serta menambah jumlah ketersediaan kelas.

Sejak beberapa tahun belakangan, Korea Selatan memang tengah menghadapi masalah penurunan tingkat kelahiran. Angka kelahiran di Korsel bahkan tercatat sebagai yang paling rendah di dunia, dengan rasio kesuburan total berada di bawah angka 0,8.

Ikuti Artikel Terbaru Kawula ID di Google News

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index