KKP Tingkatkan Laboratorium Guna Pangkas Waktu Uji Sertifikasi Ekspor Udang ke AS

Rabu, 03 Desember 2025 | 18:48:59 WIB
Foto: dok. Humas Badan Mutu KKP

JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengambil langkah untuk memperkuat fasilitas pengujian dan sistem pengawasan mutu udang. 

Upaya ini dilakukan demi mendukung penerbitan sertifikasi bebas Cesium-137 untuk produk ekspor udang yang ditujukan ke Amerika Serikat (AS).

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menegaskan bahwa penguatan laboratorium nasional merupakan bagian krusial dari strategi untuk mempertahankan kelancaran ekspor dan daya saing udang Indonesia di pasar global.

“Pengawasan mutu harus kuat agar ekspor tidak terganggu,” kata Trenggono dalam pelepasan ekspor udang bersertifikat bebas Cesium-137 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (3/12/2025).

Ia berharap pengembangan dan penguatan fasilitas laboratorium dapat mempercepat proses pengujian yang dilakukan di dalam negeri, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).

“Kalau para pengolah sudah punya peralatan sesuai standar dan hasil uji menunjukkan tidak ada kontaminasi, kami bisa segera menerbitkan sertifikat. Ini cara kami bekerja bersama secara transparan untuk menjaga ekspor sektor seafood,” ujarnya.

Trenggono menjelaskan, pihaknya juga sudah memulai pembangunan laboratorium tambahan guna menjamin kesiapsiagaan terhadap kemungkinan risiko kontaminasi di masa yang akan datang.

“Dan kami sendiri sudah mulai membangun laboratorium. Tidak hanya untuk Cesium, tetapi agar kita bisa mengantisipasi persaingan dalam perdagangan,” katanya pula.

Sebelumnya, Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (Badan Mutu) KKP, Ishartini, menyampaikan bahwa sistem sertifikasi nasional telah berjalan secara efektif sejak FDA menetapkan KKP sebagai lembaga sertifikasi pada tanggal 31 Oktober 2025.

“Badan Mutu sebagai certifying entity yang ditetapkan FDA telah menyusun tata laksana sertifikasi udang bebas Cesium-137 sehingga akses pasar ke Amerika Serikat tetap berjalan,” ujar Ishartini.

Ia mencatat bahwa terhitung sejak 31 Oktober hingga 2 Desember 2025, telah dilakukan pengapalan sebanyak 303 kontainer udang menuju AS dari Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak. 

Total volume pengapalan ini mencapai 5.218 ton dengan nilai sebesar Rp949 miliar. Diperkirakan hingga akhir Desember, total ekspor akan mencapai 605 kontainer atau 10.000 ton dengan estimasi nilai sekitar Rp1,8 triliun.

Dari perspektif pelaku usaha, Presiden Direktur PT Sekar Bumi Tbk, Hari Lukmito, menilai bahwa adanya kepastian dalam prosedur sertifikasi di Indonesia telah mempercepat arus logistik ekspor.

“Pengujian bebas Cesium-137 kini bisa dilakukan di Indonesia, tidak perlu lagi menunggu pemeriksaan fisik di AS,” ujar Hari yang menyebut pihaknya menaungi empat perusahaan eksportir udang ke AS.

Sekar Bumi menargetkan volume ekspor sekitar 230 kontainer hingga akhir tahun 2025 setelah proses pemulihan akses pasar dilakukan bersama dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya.

Menurut KKP, kolaborasi lintas kementerian dan lembaga merupakan kunci utama untuk mempertahankan kepercayaan pasar global terhadap udang Indonesia di tengah kompetisi yang ketat dengan negara-negara produsen lain, seperti Ekuador, China, India, dan Vietnam.

Terkini