Candi Tawangalun di Sidoarjo Warisan Budaya Majapahit

Selasa, 03 Juni 2025 | 09:57:41 WIB
Candi Tawangalun terletak di Desa Buncitan, Kecamatan Sedati (Foto: dok. Andi Ismail)

KAWULA ID – Di balik kemajuan Kabupaten Sidoarjo, tersembunyi sebuah situs kuno yang menyimpan nilai sejarah tinggi, yakni Candi Tawangalun. Terletak di Desa Buncitan, Kecamatan Sedati, candi ini menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang hingga kini masih bertahan dan menarik perhatian banyak pihak.

Menurut penjaga situs yang juga juru kunci, Pak Munir, dulunya masyarakat tidak mengenal tempat ini sebagai candi. Ia lebih dikenal dengan sebutan Sumur Windu, dan berfungsi sebagai tempat ritual ketika warga hendak mengadakan acara penting seperti pernikahan atau khitanan.

“Dulu orang menyebutnya Sumur Windu, bukan Candi Tawangalun. Tempat ini digunakan untuk ritual sebelum menggelar hajatan. Kalau tidak melakukan ritual di sini, biasanya ada saja gangguan,” ujarnya (1/6/2025).

Sekitar tahun 2009, nama tersebut berubah menjadi Candi Tawangalun, yang diambil dari legenda lokal. Meski berganti nama, makna dan kepercayaan yang melekat di tempat ini tidak berubah. Masyarakat masih meyakini nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

“Berdasarkan hasil penelitian arkeologi, struktur bangunan yang tersisa diperkirakan berasal dari abad ke-14 atau 15, di masa akhir kejayaan Majapahit. Material utama berupa bata merah khas peninggalan kerajaan tersebut masih bisa terlihat, meski kini hanya tersisa bagian kaki dan pondasinya,” terangnya.

Sekitar tahun 2009, Sumur Windu berubah menjadi Candi Tawangalun (Foto: dok. Andi Ismail)

Pemerintah daerah bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dan masyarakat setempat telah melakukan berbagai upaya pelestarian. Mereka berharap situs ini bisa menjadi pusat pembelajaran sejarah serta destinasi wisata berbasis budaya.

Candi Tawangalun merupakan bukti sejarah yang menunjukkan bahwa sejarah tidak hanya ditelusuri melalui bangunan peninggalan masa lalu saja, namun juga melalui cerita dan tradisi warga masyarakat setempat yang diwariskan secara turun-temurun. 

Penuls: Andi Ismail

Terkini