Saham Bagus untuk Jangka Panjang 2025

Saham Bagus untuk Jangka Panjang 2025
Ilustrasi Saham Bagus untuk Jangka Panjang 2025 (gambar: canva pro / getty images)

KAWULA ID – Investasi saham adalah salah satu metode paling populer untuk membangun kekayaan. Namun, tantangannya adalah menemukan saham yang bagus untuk jangka panjang di tengah ribuan pilihan di Bursa Efek Indonesia. Artikel ini akan menjadi panduan dalam memahami cara memilih saham bagus untuk investasi jangka panjang, lengkap dengan daftar rekomendasi dan cara menemukan saham fundamental kuat yang valuasinya masih tergolong murah.

Langkah pertama dalam memilih saham bagus untuk jangka panjang adalah menganalisis pendapatan dan laba perusahaan. Hal ini memberikan wawasan tentang kinerja perusahaan selama beberapa tahun terakhir. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu tren pendapatan, laba bersih, dan laporan tahunan.

Sebelum menginvestasikan uang dalam saham, penting untuk mempelajari analisis saham. Ada dua jenis analisis utama yang dapat membantu dalam membuat keputusan investasi yang bijak. Pertama adalah analisis fundamental, yang melibatkan penilaian kesehatan finansial perusahaan, termasuk pendapatan, laba, utang, dan faktor lain yang memengaruhi nilai perusahaan. Bagi investor jangka panjang, analisis fundamental adalah kunci untuk menilai apakah sebuah saham bagus untuk investasi jangka panjang. Kemudian ada analisis teknikal, yang melibatkan pemahaman pola pergerakan harga saham untuk memprediksi perilaku harga di masa depan.

Salah satu strategi yang berguna adalah "Dollar Cost Averaging," yakni berinvestasi sejumlah uang tetap secara berkala tanpa memperhatikan fluktuasi harga. Selain itu, penting untuk memastikan perusahaan memiliki tata kelola yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) sebelum berinvestasi.

Bagaimana Cara Menemukan Saham Murah yang Bagus untuk Jangka Panjang?

Banyak investor tidak hanya mencari saham dari perusahaan besar, tetapi juga berburu saham murah yang bagus untuk jangka panjang. "Murah" di sini bukan sekadar harga per lembar yang rendah, melainkan valuasi perusahaan yang berada di bawah nilai intrinsiknya (undervalued).

Untuk menilainya, dapat digunakan beberapa metrik sederhana dari analisis fundamental:

1. Price-to-Earnings Ratio (P/E Ratio)

Membandingkan harga saham dengan laba per saham. P/E Ratio yang lebih rendah dibandingkan rata-rata industrinya bisa menjadi indikasi valuasi saham yang "murah".

2. Price-to-Book Value (PBV)

Membandingkan harga saham dengan nilai buku (aset bersih) perusahaan. PBV di bawah 1 sering dianggap sebagai indikator saham undervalue, meskipun untuk saham perbankan dan konsumer premium, PBV di atas 3 atau 4 masih dianggap wajar jika diimbangi pertumbuhan yang kuat.

Dengan memahami metrik ini, tidak hanya daftar rekomendasi yang didapat, tetapi juga kemampuan untuk mencari sendiri saham murah yang bagus untuk jangka panjang.

Rekomendasi Saham Bagus untuk Jangka Panjang

Berikut adalah beberap rekomendasi saham yang bagus untuk jangka panjang untuk dijadikan pertimbangan yang telah disesuaikan dengan kondisi pasar pada pertengahan bulan Juni 2025. Harap diperhatikan bahwa angka ini dapat sedikit berfluktuasi setiap harinya sesuai dengan dinamika perdagangan di Bursa Efek Indonesia.

1. BBCA (PT Bank Central Asia Tbk) 

Bank BCA adalah contoh klasik saham blue chip karena konsistensi kinerjanya. Saham ini menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang.

  • Harga Saham: Rp 9.400
  • Kapitalisasi Pasar: Rp1.160 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~23x
  • Price to Book Value (PBV): ~4.8x

Analisis Singkat

Meskipun memiliki valuasi premium (PER dan PBV tinggi), BBCA secara konsisten memberikan pertumbuhan laba dan dividen. Saham ini lebih cocok untuk investor yang memprioritaskan kualitas dan rekam jejak terbukti daripada valuasi murah.

2. BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk) 

Sebagai bank dengan fokus pada segmen UMKM yang masif di Indonesia, BBRI memiliki jangkauan pasar yang unik dan potensi pertumbuhan yang besar.

  • Harga Saham: Rp 3.750
  • Kapitalisasi Pasar: Rp650 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~8x
  • Price to Book Value (PBV): ~1.8x

Analisis Singkat

Dengan PER dan PBV yang jauh lebih rendah dibanding BBCA, BBRI dapat dianggap sebagai saham yang lebih murah di antara bank-bank besar. Ini menjadikannya pilihan menarik bagi value investor yang mencari titik masuk yang lebih terjangkau di sektor finansial.

3. BMRI (PT Bank Mandiri (Persero) Tbk) 

Bank Mandiri adalah pemain utama di segmen korporat dan komersial, menjadikannya pilar penting dalam sistem perbankan nasional.

  • Harga Saham: Rp 4.900
  • Kapitalisasi Pasar: Rp455 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~7x
  • Price to Book Value (PBV): ~1.4x

Analisis Singkat

BMRI menawarkan valuasi yang sangat menarik, bahkan sedikit lebih rendah dari BBRI. Dengan posisi kuat di segmen korporat dan inisiatif digital melalui Livin' by Mandiri, saham ini merupakan salah satu saham murah yang bagus untuk jangka panjang.

4. TLKM (PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk) 

Sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkom memegang peranan krusial dalam infrastruktur digital negara.

  • Harga Saham: Rp2.580
  • Kapitalisasi Pasar: Rp255 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~11x
  • Price to Book Value (PBV): ~1.6x

Analisis Singkat

Valuasi TLKM saat ini berada di level yang menarik (moderat). Dengan bisnis data dan internet yang terus bertumbuh, TLKM adalah saham defensif yang solid untuk portofolio jangka panjang.

5. ASII (PT Astra International Tbk) 

Astra adalah konglomerat terdiversifikasi dengan pilar bisnis utama di otomotif, jasa keuangan, dan alat berat, menjadikannya cerminan ekonomi Indonesia.

  • Harga Saham: Rp 4.460
  • Kapitalisasi Pasar: Rp180 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~6.5x
  • Price to Book Value (PBV): ~0.8x

Analisis Singkat

Dengan PBV di bawah 1 dan PER yang sangat rendah, ASII saat ini adalah definisi saham murah (undervalued). Penurunan harga belakangan ini telah menciptakan peluang beli bagi investor jangka panjang yang percaya pada pemulihan sektor otomotif dan komoditas.

6. ULVR (PT Unilever Indonesia Tbk) 

Sebagai raksasa di industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG), produk Unilever dapat ditemukan di hampir setiap rumah tangga di Indonesia.

  • Harga Saham: Rp2.800
  • Kapitalisasi Pasar: Rp106 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~20x
  • Price to Book Value (PBV): ~25x

Analisis Singkat

ULVR memiliki PBV yang sangat tinggi karena model bisnisnya yang asset-light. Fokus utama investor adalah pada kemampuan perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan laba. Saham ini cocok bagi yang mencari eksposur di sektor konsumer defensif.

7. BRPT (PT Barito Pacific Tbk) 

Perusahaan ini memiliki fokus pada sektor petrokimia (melalui Chandra Asri) dan energi terbarukan (melalui Star Energy), sejalan dengan tren ekonomi hijau.

  • Harga Saham: Rp1.150
  • Kapitalisasi Pasar: Rp103 Triliun
  • P/E Ratio (PER): (Sering fluktuatif karena sifat bisnisnya)
  • Price to Book Value (PBV): ~1.5x

Analisis Singkat

BRPT adalah investasi untuk masa depan, terutama pada bisnis energi hijaunya. Valuasinya moderat, namun potensi pertumbuhannya tinggi seiring dengan meningkatnya permintaan energi bersih.

8. CPIN (PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk) 

Sebagai pemain utama di industri pakan ternak, pengolahan ayam, dan makanan olahan, CPIN adalah proksi dari pertumbuhan konsumsi protein di Indonesia.

  • Harga Saham: Rp4.520
  • Kapitalisasi Pasar: Rp74 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~25x
  • Price to Book Value (PBV): ~2.4x

Analisis Singkat

Valuasinya tidak bisa dibilang murah, yang mencerminkan posisinya sebagai pemimpin pasar. CPIN adalah pilihan bagi investor yang optimis terhadap peningkatan daya beli dan konsumsi masyarakat.

9. GGRM (PT Gudang Garam Tbk) 

Salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia dengan merek yang sangat kuat dan jaringan distribusi yang luas.

  • Harga Saham: Rp9.500
  • Kapitalisasi Pasar: Rp17.5 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~4x
  • Price to Book Value (PBV): ~0.2x

Analisis Singkat

Sama seperti ASII, GGRM diperdagangkan pada valuasi yang sangat rendah (PBV jauh di bawah 1). Meskipun industrinya penuh tantangan (isu kesehatan, cukai), valuasi yang tertekan ini menawarkan margin of safety yang besar bagi investor pemberani.

10. HMSP (PT H.M. Sampoerna Tbk)

Pesaing utama GGRM yang juga merupakan pemimpin pasar, didukung oleh Philip Morris International.

  • Harga Saham: Rp605
  • Kapitalisasi Pasar: Rp70 Triliun
  • P/E Ratio (PER): ~10x
  • Price to Book Value (PBV): ~3.5x

Analisis Singkat

Berbeda dengan GGRM, HMSP memiliki valuasi PBV yang premium. Pilihan antara HMSP dan GGRM seringkali bergantung pada preferensi investor terhadap valuasi (murah vs premium) dan strategi produk masing-masing perusahaan.

Penting untuk Diingat

Daftar saham bagus untuk investasi jangka panjang ini memberikan wawasan tentang beberapa pilihan menarik. Namun, kondisi pasar selalu berfluktuasi. Sangat penting untuk melakukan riset lebih lanjut secara mandiri (DYOR - Do Your Own Research) dan mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan profesional keuangan sebelum membuat keputusan investasi. Diversifikasi portofolio adalah kunci untuk memitigasi risiko dan mencapai keberhasilan dalam investasi jangka panjang.

Ikuti Artikel Terbaru Kawula ID di Google News

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index