AdaKami Prediksi Faktor Makro Bakal Warnai Laju Industri P2P Lending pada 2026

AdaKami Prediksi Faktor Makro Bakal Warnai Laju Industri P2P Lending pada 2026
Ilustrasi aplikasi AdaKami. [Foto: ISTIMEWA]

JAKARTA – PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) berpendapat bahwa situasi makroekonomi tanah air akan menjadi elemen pendukung dalam proyeksi ekspansi industri pinjaman daring (pindar) atau pinjaman online (pinjol) pada tahun 2026.

Brand Manager AdaKami, Jonathan Kriss, mengungkapkan bahwa faktor tersebut bakal memberikan pengaruh terhadap penyaluran modal dan antusiasme warga dalam mengakses pendanaan melalui pindar.

“Kami cukup optimis menyambut 2026, seiring dengan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data terbaru yang dirilis BPS, ekonomi Indonesia pada Triwulan III/2025 tumbuh 5,04% year-on-year,” katanya, dikutip pada Rabu (31/12/2025).

Jonathan melanjutkan, guna memacu perkembangan bisnis yang berkesinambungan serta mengontrol level TWP90, pihak perusahaan mengimplementasikan prinsip prudent lending.

Langkah ini diambil agar saldo outstanding pembiayaan tetap selaras dengan mutu pendanaan yang diberikan.

Selanjutnya, ia menambahkan, AdaKami juga memprioritaskan penggunaan teknologi, mulai dari mekanisme e-KYC hingga sistem credit scoring yang bersumber pada AI dan big data.

Hal ini dilakukan untuk menjamin distribusi pendanaan tepat pada sasaran dan sesuai dengan profil risiko para pemakai layanan.

“Selain itu, AdaKami secara konsisten menjalankan program literasi dan edukasi keuangan guna mendorong penggunaan pendanaan yang lebih bijak, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak terjebak penipuan online maupun praktik pinjaman ilegal,” tegasnya.

Jonathan menyebutkan bahwa agenda edukasi itu direalisasikan oleh perusahaannya lewat beragam jalur, baik secara digital maupun melalui pertemuan langsung.

“Melalui pendekatan ini, AdaKami berupaya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan kualitas pembiayaan, sekaligus berkontribusi pada penguatan ekosistem pembiayaan digital yang sehat di Indonesia,” tutupnya.

Sebagai rujukan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pembiayaan pindar hingga Oktober 2025 sudah menyentuh angka Rp92,92 triliun, atau naik sebesar 23,86% YoY. Sementara itu, tingkat TWP90 masih aman berada di posisi 2,76%.

Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, menyatakan bahwa perolehan angka tersebut merupakan bukti bahwa industri tetap bertumbuh secara sehat dan masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

“Dengan tren ini, AFPI optimis bahwa pada 2026 industri masih akan mencatat pertumbuhan positif, terutama didorong pembiayaan produktif dan UMKM, seiring penguatan regulasi dan peningkatan kualitas penyaluran,” katanya pada Jumat (12/12/2025) lalu.

Di sisi lain, OJK memprediksi sektor pindar akan terus menunjukkan tren positif pada 2026. Hal tersebut dipicu oleh proses digitalisasi keuangan serta munculnya inovasi produk yang memanfaatkan data alternatif.

Meskipun demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, PMV, LKM, dan LJK Lainnya OJK, Agusman, memberi peringatan terkait tantangan yang ada, seperti urgensi memperkokoh mitigasi risiko kredit serta daya tahan terhadap gejolak ekonomi.

“Sehingga penyelenggara pindar perlu melakukan langkah-langkah penguatan untuk menjaga keberlanjutan dan kualitas pembiayaan,” ujarnya dalam lembar jawaban RDK November 2025, dikutip pada Selasa (30/12/2025).

Ikuti Artikel Terbaru Kawula ID di Google News

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index