Kisah 1: Pendosa yang Diampuni Karena Rasa Takutnya kepada Allah
KAWULA ID – Dikisahkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita kepada para sahabatnya tentang seorang laki-laki yang sepanjang hidupnya bergelimang dosa. Kebaikannya nyaris tiada, sementara dosanya menggunung.
Sadar akan tumpukan dosanya, ia diliputi rasa takut yang luar biasa akan siksa Allah kelak. Karena ketakutan yang mendalam inilah, ia berwasiat kepada anak-anaknya sebuah permintaan yang aneh.
"Jika aku mati," pesannya, "bakar jasadku hingga menjadi abu. Setelah itu, taburkan separuh abuku di daratan dan separuh lagi di lautan saat angin bertiup kencang."
Wasiat ini lahir dari sebuah siasat putus asa. Ia berpikir, dengan menghilangkan jejak jasadnya, mungkin ia bisa lolos dari genggaman dan azab Allah yang amat pedih.
Ketika ajal menjemput, anak-anaknya pun melaksanakan wasiat tersebut. Namun, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia memerintahkan daratan dan lautan untuk mengumpulkan kembali setiap butir abu jenazah itu. Seketika, jasad pria itu utuh kembali dan dihidupkan.
Allah ‘Azza wa Jalla bertanya kepadanya, "Apa yang mendorongmu melakukan hal itu?"
Dengan penuh gemetar, lelaki itu menjawab, "Karena khasyyah (rasa takut yang teramat sangat) kepada-Mu, ya Rabb, dan Engkau lebih mengetahui alasannya."
Mendengar pengakuan yang tulus itu, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengampuni seluruh dosanya. Meskipun hidupnya penuh maksiat, di akhir hayatnya ia memiliki satu ibadah agung dalam hatinya: khasyyatullah, rasa takut sejati kepada Allah. Rahmat Allah ternyata jauh lebih besar daripada murka-Nya, memberikan harapan bagi setiap pendosa yang tulus.
Kisah 2: Pendosa yang Masuk Surga Karena Sepotong Roti
Sahabat Nabi, Abu Musa al-Asy'ari, pernah menceritakan sebuah kisah hikmah. Ada seorang laki-laki yang dikenal sangat tekun beribadah selama tujuh puluh tahun. Siang dan malam dihabiskannya untuk mengabdi kepada Allah di sebuah tempat ibadah yang ia jaga.
Namun, godaan pun datang melalui seorang wanita. Laki-laki itu terjerumus ke dalam dosa besar dan berzina dengan wanita tersebut selama tujuh hari tujuh malam. Setelah itu, ia tersadar dari kekhilafannya. Penyesalan yang mendalam menyelimuti hatinya.
Ia segera bertaubat, namun merasa tak pantas lagi untuk kembali ke tempat ibadah yang suci itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi mengembara tanpa tujuan, menghabiskan sisa hidupnya dalam penyesalan dan terus beribadah di mana pun kakinya melangkah.
Dalam perjalanannya, ia tiba di sebuah pondok reyot yang dihuni oleh dua belas orang fakir miskin. Karena lelah, ia pun ikut beristirahat dan bermalam di sana.
Setiap malam, seorang dermawan datang ke pondok itu untuk membagikan dua belas potong roti, satu untuk setiap penghuni. Malam itu, karena si pengembara dianggap sebagai penghuni, ia pun mendapatkan jatah sepotong roti. Namun, ternyata ada satu orang fakir miskin yang tidak kebagian.
"Mengapa aku tidak dapat bagian?" tanyanya kepada si dermawan.
"Aku membawa dua belas potong seperti biasa, dan semuanya sudah habis kubagikan," jawab dermawan itu.
Mendengar percakapan itu, si pengembara yang sedang bertaubat itu merasa iba. Meskipun ia sendiri sangat lapar setelah perjalanan jauh, ia mengambil roti miliknya dan memberikannya kepada fakir miskin yang lebih berhak. Ia rela menahan lapar demi orang lain.
Keesokan harinya, lelaki pengembara itu meninggal dunia.
Di hadapan Allah, amal ibadahnya selama tujuh puluh tahun ditimbang dengan dosa perzinaannya selama tujuh malam. Sungguh mengejutkan, dosa tujuh malam itu ternyata lebih berat daripada ibadah puluhan tahunnya. Namun, timbangan kebaikannya belum selesai. Allah kemudian meletakkan amalan terakhirnya—sedekah sepotong roti yang ia berikan dengan tulus di saat ia sendiri sangat membutuhkannya.
Ternyata, amal sepotong roti itu mampu mengalahkan beratnya dosa tujuh malam tersebut, dan ia pun diampuni.
Kisah ini menjadi pengingat agung, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa sedekah yang paling utama adalah yang diberikan di saat seseorang memiliki sedikit harta namun tetap memberikannya dengan tulus dan ikhlas.
Ikuti Artikel Terbaru Kawula ID di Google News