.png){kind=icon}
JAKARTA – Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) selaku organisasi induk industri teknologi finansial nasional bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), meresmikan Nota Kesepahaman terkait Eskalasi Kapasitas Keamanan Siber dan Sandi Penyelenggara Teknologi Finansial.
Kolaborasi tersebut merupakan tindakan strategis guna memperkokoh pertahanan siber di industri fintech tanah air, melalui sistem kerja yang terorganisasi, fokus, serta kontinu, di tengah tren kenaikan risiko kriminalitas digital pada sektor finansial.
Kebutuhan mendesak akan penguatan proteksi siber terlihat dari statistik nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghimpun lebih dari 370 ribu aduan mengenai penipuan transaksi finansial selama periode Januari hingga November 2025, dengan estimasi nilai kerugian menyentuh Rp8,2 triliun.
Ditinjau dari perspektif industri, Annual Members Survey AFTECH 2024–2025 memaparkan bahwa phishing merupakan bentuk gangguan siber yang paling sering dijumpai, dengan persentase mencapai 27,12 persen dari total perusahaan fintech yang terdampak.
Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir memberikan penekanan bahwa peresmian Nota Kesepahaman tersebut membuktikan dedikasi industri fintech dalam mengoptimalkan tata kelola serta memelihara kepercayaan masyarakat.
”Keamanan siber, saat initelah menjadi prasyarat utama bagi keberlanjutan inovasi keuangan digital,” ucapnya melalui pernyataan tertulis, Sabtu (27/12/2025).
Lewat kemitraan strategis bersama BSSN, AFTECH berupaya menjamin para anggota mempunyai kemampuan pengamanan siber yang sesuai dengan kriteria nasional.
Hal tersebut menjadi tindakan nyata demi memproteksi kredibilitas di mata publik sekaligus menjamin perkembangan inovasi fintech berlangsung secara akuntabel.
Ikuti Artikel Terbaru Kawula ID di Google News
