Banyak cara mengatasi penipuan online yang bisa ditempuh untuk mencegah marakanya kasus penipuan saat belanja di media sosial. Namun, sebelum masuk ke inti pembahasan, saya akan bercerita tentang kasus penipuan online ini.
Kisah ini sengaja ditulis tanpa maksud menurunkan kredebilitas si penjual di mata pembeli atau calon pembeli lainnya, tetapi untuk kesehatan bisnis online sekaligus meningkatkan kepercayaan pembeli terhadap pemilik toko online berbasis Instagram.
Sebelum saya masuk ke inti cerita, tentu pembaca sudah tahu apa itu toko online. Umumnya, pemilik toko online disebut juga dengan pelaku bisnis online. Lalu apa pengertian bisnis online itu?
Bisnis online adalah bentuk perdagangan elektronik yang digunakan untuk melakukan aktivitas perdagangan antara penjual ke penjual (baca: grosir ke reseller), penjual ke pembeli atau konsumen.
Toko online dibangun guna menjangkau audiens yang lebih luas. Tak heran jika, e-commerce seperti Shopee, Tokopedia menyediakan ruang bagi penjual untuk membuat akun di sana untuk memasarkan produk mereka. Namun, ada juga penjual barang online yang memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Instagram untuk berjualan.
Alih-alih memasarkan produk alias berjualan di media sosial, ternyata ada juga penjual yang membandel alias suka melakukan penipuan online. Uang sudah ditransfer ke penjual, tetapi barang tak kunjung sampai kepada pembeli.
Hal ini tentu membuat kita gerah. Masyarakat bisa mengalami krisis kepercayaan saat belanja online di media sosial. Padahal, perkembangan bisnis online di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup siginifikan.
Menurut data GlobalWebIndex, Indonesia merupakan negara dengan tingkat adopsi e-commerce tertinggi di dunia pada 2019. Sebanyak 90 persen dari pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun di Indonesia pernah melakukan pembelian produk dan jasa secara online.
Nah, bayangkan jika penjual online melakukan penipuan kepada pembelinya? Tidak menutup kemungkinan masyarakat enggan belanja online, karena sudah skeptis duluan dengan toko online.
Ibarat kata pepatah, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Agaknya, pepatah lama itu cocok disematkan kepada saudara saya. Ia mengeluh lantaran baru saja kehilangan sejumlah uang. Tidak besar memang, tetapi cukup berarti bagi saudara saya itu. Niat ingin berjualan dengan modal kecil, malah jadi masalah besar.
Ya, tentu saja masalah besar. Karena baju piyama yang ia pesan itu untuk teman-temannya yang telah memesan kepadanya. Namun, setelah uang ditransfer kepada penjual pertama, barangnya malah tak kunjung tiba ke pangkuan saudara saya. Akibatnya, saudara saya mengalami krisis kepercayaan di mata rekan-rekannya.
Minggu 14 Juni 2020, saudara saya, lantas menghubungi penjual yang bersangkutan via WhatsApp, tujuannya menanyakan nomor resi pengiriman yang telah dijanjikan sebelumnya. Tak dinyana, saudara saya hanya mendapati centang satu dalam kolom percakapan WhastApp. Dengan kata lain, nomor kontak WA-nya telah diblokir oleh penjual piyama itu.
Berikut bukti percakapan via WhatsApp saudara saya dengan penjual piayama di Instagram itu.

Saya tekankan sekali lagi, ini bukan persoalan uang, tetapi soal kepercayaan orang lain kepada saudara saya itu. Sadar telah ditipu, ia pun tak kehabisan akal, dan mencoba mengadukan permasalahan ini ke Bank. Sebab, cara ini tergolong efektif untuk menyelesaikan persoalan penipuan online. Pihak Bank yang bersangkutan akan memblokir nomor rekening pelaku, dan biasanya uang bisa kembali dengan mengikuti prosedur yang ada pada pihak Bank.
Lantaran antrean begitu panjang dan saudara saya itu ada kesibukan lain, ia akhirnya memilih tidak jadi melaporkan kasus penipuan ini. Ia pulang, dan memilih mengikhlaskan sejumlah uang yang telah dikirimnya kepada pelaku penipuan.
Lalu, bagaimana dengan krisis kepercayaan yang ia pikul? Apakah rasa percaya rekan-rekannya kepada saudara saya bisa pulih dengan sekejap mata? Saya rasa tidak. Meskipun dia telah berlaku jujur dan telah mengganti uang rekan-rekannya itu, persoalan tidak sampai di situ. Ada banyak yang bisa dibahas kalau sudah kena tipu, rasa trauma belanja online, misalnya.
Jika sudah begini, apa langkah yang harus dilakukan ketika Anda kena tipu belanja online?
Ringkas Cerita Kasus Penipuan Online
Di bawah ini adalah kisah saudara saya yang telah ditipu mentah-mentah oleh salah satu toko online di Instagram, @aisyhashop_ yang memiliki 18.1K followers (pengikut), berfokus menjual baju piyama, dan mengklaim tokonya adalah grosir baju tidur/tunik asli, original, berkualitas, dan 100% persen aman. Embel-embel yang tersemat di toko online itu sekilas membuat calon pembeli percaya. Kenyataan malah bertolak belakang. Toko online tersebut telah mencoreng keningnya sendiri dengan menipu pembeli, dan korbannya adalah saudara saya sendiri.

